Seni budaya merupakan istilah yang tercipta akibat dari kolaborasi kata antara seni dan budaya. Mengutip buku Seni Budaya Kelas XI yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seni budaya terdiri dari 2 kata, yakni seni dan budaya.
Kata seni sendiri berasal dari bahasa Melayu yaitu sonik yang berasal dari kata ‘so’ atau ‘se’. Kata sonik/sonit/seni memiliki arti sebagai suatu yang halus bentuk rupa maupun sifatnya.
Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu ‘buddayah’ yang memiliki arti sesuatu yang terkait dengan dengan budi dan akan manusia.
Ketika digabungkan, seni budaya memiliki arti sebagai segala hal yang diciptakan oleh manusia berkaitan dengan cara hidup dan berkembang secara bersama-sama pada suatu kelompok yang mempunyai unsur keindahan (estetika) secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Keberadaan seni budaya memberikan lingkungan yang baru untuk bisa berinteraksi satu sama lain. Salah satu sikap untuk menciptakan komunikasi dan interaksi di lingkungan seni budaya adalah memberikan apresiasi kepada para seniman dan budayawan.
Mengutip jurnal yang berjudul Kegiatan Belajar 1: Apresiasi Seni Rupa yang disusun oleh Universitas Pendidikan Indonesia, apresiasi seni rupa merupakan upaya untuk memahami berbagai hasil seni dengan segala permasalahannya serta terjadi lebih peka akan nilai-nilai estetika yang terkandung di dalamnya.
Setelah mempelajari apresiasi seni rupa, ada juga sikap yang bisa dipelajari, yaitu:
- Sikap demokratis
- Sikap etis
- Sikap toleransi
- Sikap sosialis
- Sikap gotong royong
Melalui sikap-sikap di atas, diharapkan masyarakat luar bisa lebih menghargai profesi seniman dan budayawan.
Selain itu, mengembangkan nilai komunikasi dengan memberikan apresiasi seniman dan budayawan dapat membangkitkan semangat untuk menciptakan karya baru.
Contoh Interaksi dan Komunikasi Efektif di Lingkungan Seni Budaya
Setelah mengetahui sikap-sikap di atas, lantas apa saja contoh interaksi dan komunikasi efektif yang terdapat di lingkungan seni budaya?
Simak penjelasannya di bawah, seperti yang dikutip dari jurnal Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni Budaya karya Agung Dwi Prasetyo.
Berdasarkan sikap toleransi, diharapkan masyarakat bisa menerima perbedaan yang ada di lingkungan sekitar tanpa harus menjatuhkan satu sama lainnya.
Berdasarkan sikap etis, diharapkan agar masyarakat mampu menjaga tutur kata yang ada kebudayaan sekitar. Mulai dari tata krama hingga tingkah laku.
Berkunjung ke tempat yang dipenuhi dengan karya-karya seni budaya, seperti sanggar, museum, galeri, dan lainnya. Kunjungan tersebut diharapkan menjadi jembatan komunikasi untuk selalu mengapresiasi seniman maupun budayawan.
Berinisiatif tinggi ingin melestarikan kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar. Misalnya, batik, kain ulos, hingga kebaya. Dengan begitu, keberadaan pakaian tersebut bisa terus berguna.