Gaung Media Seni Budaya Barapen, Tradisi Unik Tanah Papua

Barapen, Tradisi Unik Tanah Papua

Kampanye Buku


Bukan Indonesia kalau tidak kaya keindahan alam dan ragam tradisi yang menjadi magnet wisatwan. Di Papua ada tradisi Barapen atau Pesta Bakar Batu.

Tradisi di Bumi Cendrawasih ini merupakan bentuk syukur atas berkat yang melimpah dari sang pencipta. Selain itu juga syukur atas pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian.

Tradisi ini sering digelar sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku.

Barapen atau Pesta Bakar Batu merupakan tradisi memasak dan mengolah makanan untuk hidangan pesta. Bahan makanan yang dibakar antara lain, umbi-umbian, sayur-sayuran, dan daging.

Awalnya seorang penduduk akan menggali tanah berbentuk kolam. Kemudian beragam bahan makanan itu dimaksukkan ke kolam yang sebelumnya dialas alang-alang. Setiap jenis makaan dipisahkan dnegan lapiran daun pisang.

Setelah semuanya masuk, kemudian dihimpit dengan batu yang membara, dan terakhir ditutup dengan kayu bakar. Setelah 3 hingga 4 jam, hidanganpun siap disantap.

Di tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem, Barapen memiliki istilah sendiri untuk. Seperti masyarakat Paniai, Barapen disebut dengan nama Gapii atau Mmogo Gapii. Sementara masyarakat Wamena menyebutnya Kit Oba Isago.

Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari pesta ini adalah sebagai ungkapan saling memaafkan antar warga.

Barapen dipercaya menjadi tradisi tertua di Papua. Barapen merupakan acara yang paling ditunggu warga suku-suku pedalaman Papua. Demi mengikuti pesta ini warga rela meninggalkan kegiatan berladang. Selain itu, mereka juga bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk membiayai pesta ini.

Pesta ini sering dilaksanakan di kawasan Lembah Baliem, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Indonesia.

Namun, kepastian titik lokasi dilaksanakannya ini tidak menentu. Jika sebagai upacara kematian maupun pernikahan, pesta ini akan dilaksanakan di rumah warga yang memiliki hajatan. Namun, bila upacara ini sebagai ucapan syukur atau simbol perdamaian biasanya akan dilaksanakan di tengah lapangan besar.