Kawanan gajah liar kembali merusak rumah dan tanaman warga di perkebunan di Dusun Sumedang Jaya, Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, Rabu (13/9/2023) malam.
Muhammad Sabri Keuchik Gampong Seumanah Jaya, mengatakan ada belasan gajah liar Rabu malam masuk ke perkebunan warga di Dusun Sumedang Jaya.
Kawanan gajah liar itu merusak tanaman sawit, pinang, pisang, dan sejumlah tanaman lainnya.
“Ada 25-30 hektare tanaman warga yang dirusak terdiri dari tanaman sawit, pisang, pinang, dan lain-lain, termasuk rumah warga di kebun ikut dirusak kawanan gajah liar. Kerugian yang dialami petani mencapai ratusan juta rupiah,” ungkap Sabri.
Keluhan gangguan gajah liar ini, jelas Sabri, sudah lama terjadi dan sudah sering dilaporkan ke intansi terkait namun tak ada solusi permanen dari pemerintah untuk mengatasinya.
Tanaman warga di perkebunan di Dusun Sumedang Jaya, Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, dirusak kawanan gajah liar, Rabu (13/9/2023).
Bangun Pos CRU di Seumanah Jaya
Mewakili harapan petani di daerah itu, Muhammad Sabri memohon kepada BKSDA Aceh, dan Pj Bupati Aceh Timur, untuk membantu membangun pos Conservation Respon Unit (CRU) di Seumanah Jaya, karena di daerah ini sangat tinggi konflik gajah liar.
Sementara pos CRU yang dibangun pemerintah saat ini berada di Kecamatan Serbajadi, yang jauh dengan Desa Seumanah Jaya.
“Karena itu, kami mohon pengembangan pos CRU di Seumanah Jaya, agar keberadaan kawanan gajah liar bisa terdeteksi, dan bisa dihalau sebelum masuk ke perkebunan warga,” ungkap Sabri.
Bersihkan Lahan HGU Perusahaan Sawit
Sementara itu, Muhammad Thayeb, selaku Imum Mukim Nurul A’la, yang membawahi lima gampong termasuk Seumanah Jaya, memohon dua perusahaan perkebunan sawit yang berada di desa itu untuk membersihkan areal perkebunannya.
“Masyarakat sangat berharap pembersihan lahan HGU PT Atakana dan juga HGU PT Dwi Kencana yang selama ini menjadi tempat berkeliarannya binatang buas seperti harimau, gajah dan juga jadi sarang hama babi,” ungkap M Thayeb.
M Thayeb juga berharap kepada Pemkab Aceh Timur, dan Pemprov Aceh, mengalokasikan dana untuk penanganan konflik dan pencegahan kerusakan hutan yang merupakan habitat gajah.
Muhammad Thayeb, selain sebagai Imum Mukim juga sebagai petugas CRU Serbajadi, mengatakan sebab lain yang menyebabkan kawanan gajah liar sempat masuk ke perkebunan warga dan merusak tanaman karena GPS (Global Positioning System) yang dipasang pada kawanan gajah liar selama ini sudah rusak.
Sehingga keberadaan kawanan gajah liar tidak terdeteksi dan tidak dapat dilakukan penghalauan.
Karena GPS pada kawanan gajah liar rusak sehingga pergerakan gajah liar tidak terdeteksi, dan tidak bisa diinformasikan ke masyarakat keberadaan gajah.
Sehingga Kawanan gajah datang tiba-tiba pada malam hari dan merusak tanaman dan rumah warga. (*)
Sumber: serambinews