Gaung mesia.com Sleman_Pengelolaan Bank Sampah yang terletak di kelurahan Sinduadi Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman Jawa Tengah telah beroperasi sejak tahun 2023 hingga saat ini.
Berawal dari satu bidang tempat berupa bangunan permanen dengan ukuran 12 m kali 25 meter, TPS Sinduadi melakukan pengelolaan sampah dengan cara memilah sampah yang dipungut dari kalurahan Sinduadi setiap harinya dua ton sampah.
Pekerja memilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terintegrasi (TPST) Sindu Mandiri, Desa Sinduadi, Sleman, Yogyakarta.
TPST Sindu Mandiri ini dibuat untuk mengatasi persoalan sampah di tingkat Desa Sinduadi yang bersamaan dengan ditutupnya TPST Piyungan awalnya.
Saat ini pengolahan sampah tingkat kelurahan ini sudah menerima sampah sebanyak delapan ton setiap harinya. Di sini juga tersedia pengolahan sampah organik dengan maggot serta alat pengepres sampah plastik menjadi kubus.
Untuk sementara TPST ini hanya menerima sampah dari warga Sinduadi, dan tidak menutup kemungkinan akan menerima sampah dari warga desa lain nanti.
Berkat pemikiran kepala Kalurahan bersama Cahyo anggota BPD, desa Sinduadi mampu mengurangi persoalan sampah didesanya saat itu. Dengan berbekal pengetahuan yang didapat dari beberapa rekan peduli lingkungan, Cahyo yang akrab dengan sampah sejak kecil, mengingat bapak dari mas Cahyo juga seorang pengepul sampah. Sehingga Cahyo sudah tidak kikuk bergelut dengan sampah didaerahnya, bahkan Cahyo saat menerima tamu kunjungan studi banding dari desa Papar , kecamatan Papar, Kabupaten Kediri Jawa Timur, mengakui bila dengan sampah, dia mampu meraih gelar sarjana. Sambil bersenda gurau saat bercerita pengalaman pribadinya tentang urusan sampah.
Hingga saat ini, pengelolaan sampah yang dipimpinnya sudah bertambah semakin besar , dengan kapasitas pengelolaan sampah mencapai 8 ton per harinya.
Tentu hal ini sangat membantu pemerintah daerah didalam menangani persoalan sampah didaerah Kabupaten Sleman kususnya di desa Sinduadi Jawa Tengah, walaupun hingga saat ini belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat, terkait dengan pengelolaan sampah.
Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat pak Lurah dan Cahyo selaku BPD desa Sinduadi didalam meneruskan perjuangan mengelola sampah.
Dengan mengikuti pelatihan dan seminar dibeberapa tempat yang berkaitan dengan Sampah atau lingkungan hidup, mereka tak segan segan mengeluarkan biaya operasional demi meningkatkan pengetahuan tentang sampah dan persoalannya.
Perjuangan tersebut tidak sia sia. Buktiinya, bahwa hingga saat ini TPS Sinduadi Mandiri mampu mengembangkan pengelolaan sampah sampai berproduksi Magot sebagai pengurai sampah dan mencetak balok plastik dari residu atau sisa sampah yang sudah tidak bisa diolah lagi.
Cahyo selaku kepala pengelolaan TPS Sinduadi Mandiri menyampaikan, proses pengelolaan sampah terintegrasi di TPST Sindu Mandiri, dimulai dari sampah datang masuk ke adjustable berjalan di atas conveyor kemudian sampah tersebut akan dipilah oleh tim pemilah.
“Sampah anorganik dipilah sesuai dengan karakteristik masing-masing kemudian hasil pilahan tadi dikemas dengan jenis masing masing,” katanya.
Sedangkan sampah organik menghasilkan bubur sampah yang akan dijadikan pakan magot serta pupuk kompos dan pupuk cair digunakan untuk pertanian.
“Pengelolaan sampah organik juga dapat menggunakan lalat BSF untuk mendegradasi sampah organik. Magot sendiri apabila sudah mencapai waktu panen dapat digunakan untuk pakan ikan, bebek dan ternak lainnya,” katanya
Hingga saat ini TPS Sinduadi ditangani oleh beberapa tenaga administrasi dan produksi secara profesional dan mandiri. Memang sebelumnya TPS Sinduadi merupakan usaha milik desa atau BUMDES, dimana modal awal TPS Sinduadi diambil dari dana penyertaan modal yang dikeluarkan oleh pihak desa. Namun sekaran TPS Sinduadi sudah mampu menghidupi dirinya sendiri, bahkan diharapkan kedepan sudah bisa memberi kontribusi terhadap pembangunan Kalurahan Sinduadi, Kapenewon Mlati , kabupaten Sleman Jawa Tengah.
Diskusi berjalan sangat lancar walaupun disertai turun hujan sangat deras, namun peserta kunjungan dari desa Papar terlihat sangat antusias dengan mengajukan pertanyaan mengenai seputaran pengelolaan sampah Kalurahan Sinduadi.
Dengan dipandu oleh Sulistyo aktivis lingkungan alumni UGM Yogyakarta yang sudah berkeliling dunia ini, diskusi semakin gayeng.
“Banyak proyek serupa tetapi tidak berkelanjutan, dikarenakan SDM tidak mampu atau berkomitmen didalam mengelola. Dari seluruh TPS hanya bersisa 10% yang mampu bertahan.”
Jelas Sulistyo saat membagikan pengalamannya didalam mengikuti perkembangan Tempat Pengelolaan Sampah yang ada diseluruh wilayah Indonesia.
Menanggapi seluruh paparan yang diikuti dari awal, drh Joko Santosa alumni UGM yang saat ini menjadi kepala desa Papar sekaligus ketua rombongan Ngungsi Keweruh, menyampaikan tujuannya berkunjung.
“Kami ingin belajar bagaimana mengelola sampah untuk menjadi sektor penguatan ekonomi masyarakat desa.
Supaya ini menjadi keberanian bagi desa kami untuk mengambil langkah didalam menangani masalah lingkungan didesa kami. Terutama didalam menangani sampah.” Jelas drh Joko Santosa.
Kunjungan ke TPS Sinduadi Mandiri diakhiri dengan melakukan kunjungan langsung ketempat pengelolaan setelah hujan mulai reda, bahkan hasil seluruh produksi pengelolaan sampah menjadi pusat perhatian bagi seluruh peserta dari Kabupaten Kediri. ( Red)