Gaung media.com_Membaca buku bagi sebagian orang mungkin adalah hal yang membosankan. Namun tidak demikian bagi kepala desa Papar kecamatan Papar , kabupaten Kediri ini , yaitu drh Joko Santosa alumnus FKH UGM Yogyakarta.
Bahkan tekadnya didalam mewujudkan mimpinya untuk memiliki Perpustakaan didesanya, Joko Santosa mengajak seluruh perangkat desanya juga beberapa elemen kelembagaan desa untuk melihat secara langsung keberadaan Perpustakaan Desa yang terletak dibawah lereng Gunung Merapi Jawa Tengah tepatnya, Dusun Purwosari, Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Dimana membaca telah menjadi budaya bagi warga Srumbung.
Dengan sekuat tenaga, mereka mempertahankan tradisi literasi di antara bahaya erupsi Gunung Merapi. Lokasi Gedung Perpustakaan Muda Bhakti kini berdiri megah di antara rumah warga Dusun Purwosari, atau 700 meter dari Pos pemantauan Gunung Merapi.
“Perpustakaan Muda Bhakti dirintis oleh Muhadi, seorang guru SD sekitar tahun 2000 silam dan secara swadaya menumpang di gedung Karang Taruna,” ujar Sudirman, Ketua Perpustakaan Muda Bhakti saat ditemui rombongan perangkat desa Papar.
Awal dirintis, sambung Sudirman yang juga perangkat desa setempat, Perpustakaan Muda Bhakti hanya memiliki 400 koleksi buku hasil dari sumbangan warga setempat. Seiring berjalannya waktu, kerja keras pengurus perustakaan dan Karang Taruna mengajak warga untuk gemar membaca di perpustakaan mulai membuahkan hasil, warga mulai sering berkunjung ke perpustakan.
“Perpustakaan Bhakti Muda sempat mengalami dua kali pergantian pengurus pada tahun 2004, dan tahun 2016 mulai eksis kembali. Pada tahun 2004, perpustakaan Muda Bhakti berhasil meraih Juara 1 Lomba Perpustakaan pada tingkat Kabupaten Magelang, dan meraih Juara Harapan 2 di tingkat provinsi,” ujar Sudirman.
Hampir setiap hari sepulang jam sekolah, atau bakda sholat ashar dan hari libur, perpustakaan saat itu selalu ramai dikunjungi anak-anak dan orang tua. Melihat kenyataan itu pengurus perpustakaan dan Karang Taruna mulai menghimpun koleksi buku tambahan dari berbagai pihak.
Tapi Gunung Merapi tak pernah ingkar janji, erupsi besar tahun 2010 terjadi, perpustakaan Bhakti Muda seakan mengalami mati suri akibat buku dan ruang baca yang sudah tua rusak akibat terjangan lahar dingin.
Perpustakaan milik desa ini mulai menggeliat lagi sekitar tahun 2013, dan hingga saat ini koleksi buku sudah mencapai 1.200 judul dari donasi berbagai pihak dan pemerintah. Atas kesepakatan warga setempat, dilakukan pembangunan gedung perpustakaan pada tahun 2017 di tanah kas desa setempat dengan luas 42 meter persegi.
“Gedung perpustakaan baru kini memiliki dua lantai yang dapat menampung sekitar 50 orang. Lantai dasar digunakan untuk ruang baca perpustakaan dan lantai dua adalah ruang audio visual untuk pemutaran film,” terang Sudirman salah satu perangkat desa Ngablak.
Sudirman mengatakan, perpustakaan Muda Bhakti memiliki program inovatif untuk meningkatkan minat baca masyarakat, yakni dengan membangun kafe baca lengkap dengan fasiltas internet dan membentuk kader baca keluarga guna menghadapi era digital.
“Tujuannya agar para ibu-ibu bisa memberikan pendidikan melalui cerita pada anak-anaknya, dari buku-buku yang mereka baca di perpustakaan ini. Selain itu, juga sebagai salah satu upaya untuk mengikis cara mendidik anak dengan menggunakan gadget,” ungkapnya.
Hingga saat ini, lanjut Sudirman, dari 7 Dusun atau sekitar 2.474 jiwa warga Desa Ngablak sudah terbentuk 15 kader baca keluarga yang aktif, terdiri dari para ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak-anak.
Hal itu dilakukan guna menarik minat baca masyarakat. Perpustakaan Muda Bhakti terus menggencarkan program inovasinya yang mereka sebut dengan Kafe Baca dan Suluh Pustaka, guna menarik minat baca masyarakat untuk mempraktekkan buku yang mereka baca.
Sulistyo salah satu pemerhati kemanusiaan yang merupakan alumnus UGM Yogyakarta sekaligus rekan drh Joko Santosa mengungkapan, dari 17 desa di Kecamatan Srumbung, sudah ada tiga desa yang memiliki perpustakaan mandiri, yakni Desa Bringin, Sudimoro, dan Ngablak.
Sulis berharap hal serupa bisa terwujud didesa Papar dengan penataan dan persediaan buku yang lebih maju dan dapat menjadi literasi bagi warga desa Papar dan sekitarnya.
Sementara kepala desa sekaligus aktivis 96 UGM Joko Santosa saat berkunjung ke perpustakaan tersebut, mengapresiasi apa yang dilakukan masyarakat dan Pemerintah Desa Ngablak dalam upaya membangun budaya gemar membaca berserta kegiatan positifnya, seperti angklung dan produk unggulan yang mengisi lembaran halaman perpustakaan yaitu berupa olahan buah Salak dan Kopi dari biji Salak khas Ngeblak.
“Kami pemdes Papar beserta lembaga terkait BPD, BUMDES dan LPMD akan bertekad mewujudkan mendukung desa menganggarkan dana untuk pengembangan program perpustakaan seperti di Desa Ngablak Srumbung ini. Ke depan kami akan fokus didalam mewujudkan perpustakaan desa dimulai dengan konvensional, sedangkan ditahap berikutnya ke perpustakaan digital mengikuti perkembangan jaman, tentu dengan tetap menjaga warwah perpustakaan tanpa meninggalkan nilai nilai berbudaya” jelasnya.
Sejauh ini , di Kabupaten Magelang terdapat 372 desa dan 21 Kecamatan, saat ini baru ada 166 desa yang memiliki perpustakaan, atau kisaran 40 persen (Red).